SELAMAT DATANG DI KABUPATEN TABALONG

suara masyarakat daerah Tabalong utara

kabupaten Tabalong

Rabu, 19 Oktober 2011

untukmu wakil rakyat

KAMI TAK MENGERTI
Kami tak mengerti......
Saat kau sodorkan segala birokrasi
katamu itu sebuah solusi dalam demokrasi.
Salah satu hasil dari koordinasi bersama beberapa instansi.

Kami tak mengerti......
Saat nurani-nurani itu kau jejali dengan beribu janji
Dengan tatapan kosong terbuai oleh mimpi-mimpi
Sabar-sabar .....
Tunggu-tunggu....dan nanti .
Hanya itu jawaban yang kau beri  
Mereka pasrah tak berdaya menanti yang tak pasti

Kami tak mengerti....
Itu sebuah pidato atau hanya basa-basi
Sebuah tuntunan atau pementasan seni
Suara nurani atau hanya kompetisi
Kau bodohi dan kau beli untuk mencapai satu ambisi

Kami tak mengerti......
Saat kau meminta ,memohon untuk mewakili
Semua nurani dan suara hati.
Dengan segenggam harap sebuah realisasi
Mereka datang dari pelosok negri
Hanya untuk memberikan satu suara hati.

Kini kami mengerti ....
Semua itu hanya akal busuk para politisi
Untuk dapatkan sebuah kursi dan dasi
Untuk menumpuk butiran nasi dan pundi-pundi
Menambah relasi untuk berkolusi
Berhianat ciftakan lingkaran alibi

Kini kami mengerti......
Realisasimu hanya wujud dari ambisi .
Baju yang kau pakai adalah milik kami.
Kursi yang kau duduki itu milik kami.
Mobil yg kau pakai juga milik kami.
Bahkan nasi basi yang kau makan itu juga milik kami

Kini kami sudah mengerti....
Akalmu seperti akal babi
Tak pernah mau menoleh siapa yang kau wakili
Dari siapa,....?
untuk apa.....?
Kau duduk dikursi dan berdasi.
Menjelma bak malaikat yang lupa diri...

By: catro.




Rabu, 12 Oktober 2011

asal mula nama Jaro

AWAL MULA NAMA JARO

Diantara gemerisiknya daun ilalang yang membentang sepanjang sisi jalan setapak, dua pasang kaki telanjang lelaki paruh baya terus melangkah bagai tak kenal lelah menyusuri bukit dan tepian sungai .

“jek adhoh to kang gone sing diparani kui...? ‘ ( masih jauhkah kak tempat yg kita tuju –dalam bahasa jawa red ) tanya muhiman pada seorang temannya.
“ yo embuh dek,sing penting mengko lak wis pethuk uwong ngaso disek karo te`ko-te`ko, gon endi lemah ombo sing subur lan oleh digarap “ ( “ ya nggak tau ,yang penting nanti kalo dah ketemu orang ,kita istirahat dulu sambil bertanya-tanya dimana tempat tanah yang luas dan subur dan boleh di garap “ dalam bahasa jawa red ) jawab marto kuncung ,sambil terus melangkah tanpa merasa lelah melihat dari kejauhan tampak kepulan asap yang menandakan daerah itu ada kehidupan manusia.

Tak lama jalan keduanya terhenti “ kae` koyok enek gubuk ,ayo mrono “ ( itu seperti ada gubuk ,mari kita kesana ,jawa-red) bergegas keduanya mempercepat langkah hingga mendekati gubuk yang di tunjuk .

“ kulo nuwuuuuuuuuun “ ( salam khas jawa ) hampir bersamaan keduanya berucap .” kulo nuwunnnnnn........” sekali lagi salah seorang dari keduanya mengulangi salam ,belum juga ada suara sahutan dari dalam gubuk ditengah sawah yang kering  bertepatan dengan musim kemarau saat itu.

Sambil sedikit terengah-engah sang empunya pondok ini mendatangi keduanya ,sambil menatap sedikit heran melihat kedatangan orang yang belum pernah dilihat sebelumnya,saat keduanya menyampaikan salam tadi pemilik gubuk ini berada ditengah pembakaran bekas tanaman padi musim panen sebulan yang lalu.
“ kulo nuwun......” keduanya mengulangi lagi mengucapkan salam,membuat orang dihadapannya semakin heran tak mengerti apa artinya kata yang diucapkan tamu dihadapannya“permisi.... pak......” Sahut sang tamu kepada pemilik gubuk sambil mengulurkan tangan untuk menjabat “kenalkan kami ,nama saya Marto kuncung dan ini kawan saya Muhiman “ kepada pemilik gubuk bernama Milir .” mari masuk kesini pak ,.........yah seperti inilah keadaannya “sang pemilik gubuk mengajak masuk ke dalam sambil mengangkat dan menggeser pintu gubuk .

Sambil meletakan bawaannya di luar gubuk ,sang tamu sambil terbungkuk-bungkuk masuk kedalam gubuk yang hanya berukuran empat persegi beratapkan daun ilalang berdidingkan kulit kayu opak yang sudah kering.” Bawa masuk sini....” milir menyuruh membawa keduanya membawa barang bawaan berupa buntalan sarung yang ujung-ujungnya saling diikatkan “ enggih...”seraya kembali mengambil buntalan yang mau diletakan diluar gubuk sambil terbungkuk-bungkuk keduanya menghormat pemilik gubuk.

“ manyaaa....ini ada tamu kita ,masakkan banyu pang nah kasian jauh bajalan” milir berseru pada istrinya yg berada dibelakang gubuk ,dengan bahasa yang sama sekali tak dimengerti oleh kedua tamunya.
Tak terasa kedua belah pihak terlibat dalam percakapan yang panjang hingga matahari mendekati bibir batu kumpai dengan mega merah dan cahayanya menjilati puncak gunung yg berdiri disebelah  barat gubuk pak milir dengan segala keangkuhannya senja itu.

Nyala api lampu minyak tanah meliuk-liuk tertiup angin malam lewat celah-celah dinding kulit kayu dalam sebuah gubuk berlantaikan bambu tanpa bilik, duduk tiga lelaki paruh baya dan seorang wanita dengan garis-garis kecantikan masa lalu berselimut malam terbaring miring membelakangi ketiganya.

Ditemani hidangan teh daun kopi dan sepiring kedelai afkiran dari bibit yg siap ditanam ketiga lelaki itu bercakap.” Terima kasih ,bapak mau menerima kami disini,jika dibolehkan sementara ini kami siap membantu pekerjaan bapak disawah bercocok tanam”ujar kuncung
“ tapi kami tak bisa membayar “ jawab milir singkat ,menyela pembicaraan kuncung.
“ maaf pak,...kami tidak minta untuk dibayar,kami diberi makan untuk hidup pun itu sudah lebih dari cukup” kuncung menyahut.
“ yah ......... jika mau menerima seadanya silakan saja ,kita kerjakan bersama-sama kita membuka lahan baru, untuk menambah luasnya lahan kita, supaya hasilnya juga cukup untuk kita.” Demikian kata sepakat malam itu yang berlanjut pada pembicaraan-pembicaraan lainnya . bagaimana meraka “merantau” hingga pada tempat tersebut.
Dalam hati kedua tamu tersebut sebenarnya sangatlah merasa berdosa karena telah membuat cerita dusta terhadap tuan rumah yang begitu baik padahal mereka adalah pelarian dari kerja paksa oleh tentara jepang yg telah tersesat ke tempat tersebut.

Kokok ayam jantan dalam kandang samping gubuk bangunkan penghuni gubuk satu persatu di dahului oleh mak milir  beranjak dari peraduan yg beralaskan lembaran tikar purun.
Di sebelah timur mulai nampak semburat sinar keemasan  menerobos dicelah-celah daun puncak gunung diiringi cicit dan kicauan burung-burung  menandai pergantian dan mulainya hari baru.
Perlahan muhiman membuka matanya saat seutas benang kemuning menerobos celah atap ilalang  menerpa wajahnya.” Bangun,...... hari dah mulai pagi .....” seraya mengulurkan tangannya menarik sarung kumal yang dipakai Muhiman.
Sambil beranjak Kuncung membangunkan teman seperjuangannya itu hingga keduanya bersama-sama menuju sungai kecil yang tak jauh dari gubuk tersebut,untuk mengambil air dan cuci muka.

Sambil menunggu sarapan pagi itu keduanya berkeliling ladang sisa musim panen beberapa bulan yang lalu,” hari ini kita membantu milir membersihkan sisa-sisa batang padi kering ini,membakarnya agar bisa ditanami lagi dengan tanaman palawija , nanti kita tanyakan,saat ini  milir masih punya bibit apa yang tersedia untuk ditanam”.ucap kuncung sambil menyapu sekelilingnya dengan pandangan penuh semangat.
“ pak.........!!!! “
Terkejut keduanya mendengar suara panggilan mak milir dari kejauhan.
“ pulang dulu...!”
“ nggih.....! “ sahut keduanya hampir bersamaan,bergegas keduanya melangkah menuju gubuk tempat tadi malam mereka tidur dan bercerita panjang lebar dengan milir dan mak milir.
Ternyata dalam gubuk mereka telah dinanti oleh pemilik gubuk dengan hidangan sarapan alakadarnya.
Beberapa potong singkong dan  buah pisang goreng menjadi sarapan pagi itu “ maaf pak kita hanya sarapan seadanya dulu,kemarin kami tidak sempat menumbuk padi untuk dijadikan beras , silakan ya....’ mak milir mempersilakan tamunya menyantap hidangan yang di buatnya sejak pagi tadi.Walaupun baru bersua kemarin keakraban keluarga ini tampak begitu erat saat  bersama-sama menyantap sarapan.

Sedikit-demi sedikit bilah-bilah parang ditangan tiga lelaki paruh baya merobohkan batang-batang jerami kering yang bercampur dengan pepohonan perdu dan rumput liar di atas hamparan tanah yang cukup luas,berhari-hari pekerjaan membersihkan lahan mereka lakukan bersama-sama tak kenal lelah,hingga pada hari ketujuh selesailah semua pekerjaan untuk mempersiapkan lahan huma itu.

“ pak apa nama daerah persawahan ini,......? suatu ketika kuncung bertanya pada milir saat mereka beristirahat disuatu siang dibawah sebatang pohon besar yang rindang sambil menunggu kiriman makanan dari mak milir.
“ tempat ini tak ada namanya,kami pun disini baru tiga kali musim tanam “ ujar milir memjawab apa yang ditanyakan oleh kuncung.” Kalau disana itu namanya daerah liang luit,disana juga hanya ada beberapa rumah orang ,dan dari jalan itu kita bisa berjalan menuju pasar  “ lanjut milir menjelaskan sambil menunjuk kearah barat tepat kaki bukit batu kumpai.
“ lalu nanti jika kita panen kedelai ini kemana kita menjualnya ya pak......? kuncung lanjutkan pertanyaan pada milir.” Yah.....kita terpaksa harus membawanya kepasar dengan pikulan” jawab milir singkat menjawab yang diajukan kuncung.
Tidak sampai disitu milir juga menjelaskan  kehidupan mereka berdua di tempat tersebut yang jauh dari orang lain dan semunya harus dikerjakan sendiri mulai dari bercocok tanam ,memanen,dan menjual hasilnya yang  kesemuanya terdengar serba sulit.





Tak terasa mata hari telah condong kebarat dan sebentar lagi bakal kembali keperaduannya di sebelah sisi bukit batu kumpai disebelah barat terus terulang entah berapa ratus kali peristiwa serupa telah terjadi sejak kedua pelarian romusha ini berada dilokasi tersebut hingga tak terasa kedelai yang mereka tanam beberapa bulan yang lalu sudah siap dipanen.
“ Nanti selesai ini kita sama-sama bawa ke pasar untuk dijual ...” milir berkata pada kedua temannya itu,sambil terus memasukan biji kedelai kedalam karung goni.
“ enggih pak...” keduanya gembira mendengar apa yang dikatakan oleh milir tadi.sambil tersenyum marto kuncung bertanya meminta penjelasan “ besok jam berapa pak kita berangkat dari sini,biar agak pagi kita sampai di pasar....? “ maklum selama ini mereka selama  tinggal dengan milir digubuk belum pernah diajak kepasar.
“ sebelum pajar kita harus sudah berangkat,agar sampai di pasar tidak kesiangan “ jelas milir pada keduanya.

Malam itu dibawah sinar bulan purnama dalam sebuah gubuk ditengah pematang sepasang mata terus menerawang jauh kemasa depan penuh sejuta harap dengan tanya yang terus bergejolak perlu satu jawaban yang pasti.dengan usaha yang sangat keras kuncung berusaha untuk memejamkan mata dan melupakan apa yang tengah dipikirkan olehnya.
“ musim yang akan datang aku harus bisa membuka lahan sawah dan menanam sendiri ,walau sambil tetap membantu dan bergiliran dengan pak milir dan kang muhiman,agar aku bisa pulang ke jawa dan menjemput keluarga yang ada untuk berusaha dan hidup disini,...tanah disini juga luas dan subur “bathin kuncung terus bergolak tak menentu,hingga lolong srigala dan suara binatang malampun tak didengarnya sama sekali.
Malam itu kuncung tak mampu untuk hilangkan angan dan cita-citanya untuk memboyong sanak saudaranya yang ada dipulau seberang,hingga suara-suara uwa-uwa ( sejenis monyet) buyarkan semua angannya dan tersadar bahwa waktu dah mendekati pajar.

“ Kang tangi ......!”( kak bangun –red)
Perlahan tangan kuncung menepuk kaki muhiman yang masih terlelap oleh dinginnya malam itu.
“ wis padang...! lho sido nyang pasar po ra...? “ ( sudah terang..lho jadi kepasar apa tidak –red ) lanjutnya,sementara yang dibangunkan hanya bangkit duduk dan mengucek-ucek matanya.
“ayo nyang kali ,raup-raup gek siap-siap...” ( mari,kesungai cuci muka trus siap-siap-red) sahut muhiman singkat ,bangkit menuju pintu gubuk dengan sedikit terhuyung masih ngantuk.
Pagi masih meremang dua titik api obor meliuk-liuk diantara rimbunan pohon perdu dan ilalang menelusuri jalan setapak, tampak dikejauhan kaki gunung batu kumpai,tiga lelaki dan seorang perempuan berjalan beriringan satu orang memanggul dua yang lain memikul sambil memegang satu obor dari bambu yang perempuan berjalan diantara pemanggul dan pemikul tangan kanan satu obor dipunggungnya menggendong wadah dari ayaman rotan ( lanjung –red )

Dengan napas yang terengah-engah empat orang ini sampai dipasar yang dituju mataharipun sudah terlihat garang diupuk timur.dan suasana pasar kecil Muara Uya saat itupun mulai nampak ramai didatangi orang dari berbagai tempat disekitar.
Selesai menjual hasil kedelai mereka,milir mendekati keduanya dan memberikan uang masing-masing kepada kedua teman-temannya ini.
“ ini untuk kalian siapa tahu kalian mau beli apa-apa ,....?” kata milir kepada keduanya.
Ternyata dipasar itu muhiman dan kuncung berpisah untuk mencari apa yang diinginkan masing-masing.
Muhiman termasuk orang yang kurang pandai dalam berbahasa Indonesia dan pendiam,terlalu canggung untuk membeli segala sesuatu dipasar dan nampak kebingungan membuat beberapa orang memperhatikan tingkahnya seraya menyapa” handak manukar apa cil...” ujar salah satu orang yg memperhatikan kebingungan muhiman.
Mendengar pertanyaan ini muhiman hanya menjawab dengan singkat “ enggih ....”
 tak mengerti apa yg dikatakan orang dihadapannya.
Jawaban muhiman ini membuat orang yang bertanya semakin penasaran.
“ sampean ini dari mana,daerah mana,sepertinya sampean ini orang baru ya....” orang itu menghujani muhiman dengan pertanyaan.
“ enggih....”
Lagi-lagi jawaban yang sangat singkat keluar dari mulut muhiman.
“Asal sampean dari mana”orang itu masih terus bertanya penasaran.
Kali ini muhiman berfikir sejenak untuk menterjemahkan satu demi satu kata yang diucapkan orang.
“pak sampean ini dari mana ....? “
Kata orang itu mengulangi pertanyaan sambil tangannya memberikan isyarat.
“ njero, pak “ ( “ dalam,pak “ jawa-red ) kata muhiman sambil menujuk dari mana mereka tadi berjalan.
“ oooo....Jaroe itu mana pak “ tetap suara dengan isyarat.
“ njero sana adhoh ,”( dalam sana jauh –red ) ucap muhiman sambil menunjuk melingkar naik.
“ ooooo ......ya,ya,ya.” Orang ini mengiyakan walau semakin bingung tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh muhiman ,dia hanya mampu menyimpulkan bahwa didalam sana ada daerah yang bernama “ Jaroe”
Orang ini menceritakan kepada beberapa orang yang memperhatikan sejak tadi bahwa orang tadi berasal dari “Jaroe” dengan bahasa has logat banjar.karena untuk mengucapkan kata “njero” (dalam-red)orang-orang pasar Muara Uya khususnya orang banjar tak dapat mengucap kata itu dan hanya bisa mengucapkan kata “ Jaroe”.dan mulai saat itulah jika orang yang berasal dari daerah itu apalagi orang itu orang suku jawa mereka mengenalnya sebagai orang yang berasal dari daerah Jaroe.

Dan mulai saat itulah daerah itu dinamai Jaroe sesuai dengan perkembangan akhirnya kata “Jaroe” menjadi JARO.........................


By: Catro.
  
 


     

       

Minggu, 29 Mei 2011

POSYANDU

POSYANDU MODEL PENUH CORETAN

Jaro,Untuk melengkapi sarana dan prasarana kesehatan di kecamatan jaro sekitar tahun 2009 dibangunlah sebuah bangunan posyandu model dengan ukuran 4x6 m berloksi di samping luar lapangan sepak bola yang lama di desa jaro kecamatan jaro ,namun sayang posyandu model tersebut tak berfungsi dan dindingnya banyak coretan

Pada bagian luar bangunan tersebut sudah banyak coretan-coretan dan tampak sangat kotor sehingga sangat tidak layak disebut posyandu model “ wah itu lebih pas jika dikatakan sebagai wc umum “ kata salah satu warga Jaro yang namanya minta tidak dipublikasikan .

Selain itu menurut warga tersebut apakah dalam perencanaannya pemerintah tidak memperhitungkan luasan bangunan dan untuk keperluan apa,agar bangunan dapat dimanfaatkan dan digunakan sesuai fungsinya.

Dari salah satu anggota kader posyandu mengatakan “ bagimana dapat difungsikan dengan baik bangunan itu sungguh sangat sempit sehingga hanya untuk meletakan meja dan kursi saja sudah sangat penuh apalagi untuk kegiatan posyandu” paparnya sehingga sampai saat ini kami melakukan kegiatan posyandu masih di balai desa Jaro” tambahnya lagi...( catro)

POSYANDU

POSYANDU MODEL PENUH CORETAN

Jaro,Untuk melengkapi sarana dan prasarana kesehatan di kecamatan jaro sekitar tahun 2009 dibangunlah sebuah bangunan posyandu model dengan ukuran 4x6 m berloksi di samping luar lapangan sepak bola yang lama di desa jaro kecamatan jaro ,namun sayang posyandu model tersebut tak berfungsi dan dindingnya banyak coretan

Pada bagian luar bangunan tersebut sudah banyak coretan-coretan dan tampak sangat kotor sehingga sangat tidak layak disebut posyandu model “ wah itu lebih pas jika dikatakan sebagai wc umum “ kata salah satu warga Jaro yang namanya minta tidak dipublikasikan .

Selain itu menurut warga tersebut apakah dalam perencanaannya pemerintah tidak memperhitungkan luasan bangunan dan untuk keperluan apa,agar bangunan dapat dimanfaatkan dan digunakan sesuai fungsinya.

Dari salah satu anggota kader posyandu mengatakan “ bagimana dapat difungsikan dengan baik bangunan itu sungguh sangat sempit sehingga hanya untuk meletakan meja dan kursi saja sudah sangat penuh apalagi untuk kegiatan posyandu” paparnya sehingga sampai saat ini kami melakukan kegiatan posyandu masih di balai desa Jaro” tambahnya lagi...( catro)

PROYEK DINKES MUBAJIR.......

PROYEK-PROYEK MUBAJIR DINKES
DI KECAMATAN JARO
Jaro –
Besarnya dana yang dialokasikan pada dinas kesehatan tak membuat pelayanan dan kinerja pada intansi tersebut menjadi lebih baik ,justru terkesan menjadi pemborosan anggaran pada beberapa pos .
Hal ini dapat dilihat dari beberapa pembangunan pisik yang tersebar di kecamatan jaro yang terkesan proyek mengada-ada dan terlihat mubajir.

Ada empat bangunan dinas kesehatan di kecamatan jaro yang terlihat mubajir dan tak digunakan sebagai mana mestinya yaitu ,dua rumdin yang terletak di RT 15 desa jaro dan di RT 1 desa jaro kecamatan jaro .Hingga kini dua bangunan tersebut belum berpenghuni .

Selain kedua bangunan baru tersebut masih ada dua bangunan lagi yang jelas nampak sebagai proyek mubajir yaitu pembangunan proyek Puskesmas pembantu ( PUSTU ) di RT 1 Desa Nalui kecamatan Jaro yang hingga kini tidak berfungsi sama sekali .yang lebih parah adalah satu bangunan rumah dinas dokter yang berada di Hadapan kantor camat Jaro ,bangunan ini sejak selesai pembangunannya sekitar 10 tahun lalu hingga kini tak pernah di pergunakan sama sekali hingga kondisinya saat ini sudah tak beratap tingggal dinding-dinding bata yang di rambati tumbuhan-tumbuhan liar .
                                                       
Beberapa warga menilai pembangunan yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten tabalong ini bukan berdasarkan kebutuhan melainkan hanya keinginan semata ,sehingga pembangunan yang dilakukan terkesan mubajir dan pemborosan anggaran keuangan daerah.( catro )

PERDA SARANG BURUNG WALET

PERDA PENGELOLAAN
SARANG BURUNG WALET RUMAHAN DITUNGGU WARGA
Jaro.-
Kalau dahulu kegiatan pengelolaan dan pengusahaan walet dilakukan secara alami, sekarang banyak ditemukan di luar habitat alami atau sarang buatan di gedung-gedung bertingkat.
Burung walet banyak jenisnya, ada walet putih, walet sarang hitam, walet sapi, walet besar, walet gunung dan walet sarang lumut. Namun, pembangunan gedung yang dimanfaatkan untuk sarana walet bersarang itu, bagi masyarakat kecamatan Jaro dan Muara uya saat ini belum bisa mendapatkan ijin dari pemerintah .
Sudah seharusnya Untuk melindungi keinginan masyarakat dan pengusaha sarang walet, sekaligus nantinya bisa menambah pendapatan asli daerah (PAD), Pemkab Tabalong  perlu kiranya memiliki sebuah aturan baku berupa peraturan daerah (Perda). Rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang perizinan dan pajak pengelolaan sarang walet .
Banyaknya investor dan warga yang berminat membangun gedung sebagai tempat usaha sarang burung hingga kini belum mendapatkan ijin resmi dari intansi terkait dan pemerintah kabupaten Tabalong ,sehingga banyak warga yang harus menunda pembangunannya .
Untuk mendapatkan perijinan pengelolaan sarang burung walet ini warga harus mendapatkan ijin gangguan ( HO ) surat ijin tempat usaha ( SITU ) dan ijin mendirikan bangunan ( IMB) dan masih banyak lagi tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan semua surat perijinan tersebut ,mulai dari lingkungan sekitar bakal pembangunan gedung hingga kekabupaten .

Namun sayangnya sejak tingkat desa saja peminat pengelola sarang burung walet sudah terganjal untuk mendapatkan perijinan resmi dari pemerintah dan instansi terkait “ kami belum berani memberikan ijin pembangunan sarang burung walet ,karena belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan sarang burung  rumahan  itu, kami takut bertentangan dengan peraturan diatas.” Demikian ungkap salah satu pejabat desa di kabupaten tabalong ,”tapi kalau ijin mendirikan bangunan dengan alasan lain kami masih bisa memberikan sebagai pelayanan kepada masyarakat “ demikian imbuhnya .

“ kita tunggu saja Perda kita sedang digodok oleh para wakil kita di dewan “ demikian juga di sampaikan oleh salah satu pejabat kecamatan diwilayah utara kabupaten tabalong “ jadi sebelum ada peraturan yang mengatur pengelolaan sarang burung walet ini diterbitkan dan disyahkan kami belum berani untuk memberikan surat ijinnya “.

Akhirnya di Tabalong saat ini banyak bangunan sarang burung walet dalam pembangunannya menggunakan ijin pembangunannya dengan ijin yang lain,seperti gudang ,ruko dan sebagainya ,untuk mendapatkan IMB ( Ijin mendirikan bangunan )....( catro )

PIK-KRR kecamatan Jaro

PIK-KRR “ WALET PUTIH “ JARO
ADAKAN PENYULUHAN
Mercu Benua-
Kelompok  walet putih bentukan BPNKB tingkat kecamatan Jaro sekitar setahun sempat pakum dan nyaris tanpa kegiatan yang menonjol ,namun pada hari minggu tanggal 27 maret 2011 kemarin mengadakan kegiatan penyuluhan terhadap generasi muda yang tergabung dalam organisasi kepramukaan kecamatan Jaro ( DKR ) di aula kecamatan Jaro.

Penyuluhan mengambil tema  “Generasi muda dan penyalah gunaan Narkoba “ diikuti oleh sekitar 50 orang dari anggota DKR Pramuka kecamatan Jaro dan sekitar 7 anggota kelompok wallet putih tersebut berlangsung cukup tertib dan khidmad .

Ketua Kwaran kecamatan Jaro yang membawahi  dewan kerja ranting ( DKR ) Jaro Abdul Rasid SE,Spd menyambut baik kegiatan penyuluhan ini “ kegiatan ini sangat positif dan sangat bermanfaat untuk kita semua dan generasi muda sebagai penerus bangsa dan negara ,kami harapkan kegiatan seperti ini dapat berjalan secara ruti dan berkelajutan , mengingat bahaya Narkoba terhadap generasi muda kita cukup patal untuk pembentukan kepribadian dan perkembangan kemajuan bangsa dan negara ini “ ungkapnya disela-sela sambutannya .

Kelompok wallet putih sebenarnya adalah merupakan PIK-KRR ( Pusat informasi Konseling kesehatan Reproduksi Remaja ) dikecamatan Jaro yang diketuai oleh Untung Hardono kasi kesos kecamatan Jaro.

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik  minat remaja datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat.

Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR.
Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan
kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka tegar Keluarga guna
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. ( catro )

pelatihan AMT

H.MUKHLIS,SH WANTI-WANTI PESERTA PELATIHAN
DAN DINAS PERINDAKOP

Pelatihan Achivement Motivation Training ( AMT ) yang diikuti oleh 27 peserta dari kelompok Usaha Kecil Menengah ( UKM ) di Aula Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tabalong pada tanggal 2/5 sampai pada tanggal 7/5 2011 baru-baru tadi dibuka oleh H.Mukhlis,SH.

Dalam sambutannya H.Mukhlis,SH mewanti-wanti kepada seluruh peserta pelatihan dan Dinas Prindakop kabupaten Tabalong agar pelatihan tersebut tidak hanya sebatas pelatihan seperti pelatihan yang sudah-sudah ,tetapi harus berkelanjutan pada pembinaan kepada para peserta hingga mandiri dan menjadi pahlawan-pahlawan ekonomi kerakyatan di kabupaten Tabalong.

Selain itu H.Mukhlis,SH juga berpesan kepada seluruh peserta untuk memajukan usaha-usaha kerakyatan dan berjanji atas nama pemerintah kabupaten tabalong untuk membantu dengan segala upaya atas  persoalan yang dihadapi para peserta dalam melakukan usaha “ jangan sampai pelatihan ini hanya selesai sampai disini tapi harus terus berlajut dengan pembinaan dan pendampingan “ H.Mukhlis,SH menambahkan diakhir pembacaan sambutan bupati Tabalong “ silakan kepada para UKM berkoordinasi dengan Dinas Perindakop ,dan pemerintah kabupaten tabalong siap mendukung dan membantu karena pemerintah tak ingin pelatihan ini seperti pelatihan yg sudah-sudah “ paparnya.

Disamping itu menanggapi sambutan H.mukhlis,SH Dinas Perindakop kabupaten tabalong menyambut baik dan saat mengawali kegiatan menyerahkan selembar kertas pernyataan peserta untuk siap dibina oleh intansi tersebut . ( catro )

korupsi disdik tabalong

LEBIH DARI Rp 2,M DANA DAK DISDIK
KABUPATEN TABALONG DISELEWENGKAN

Tanjung.Kucuran  Dana Alokasi Khusus ( DAK ) tahun 2010 sebesar Rp.9.675.090.000 milyar yang diperuntukan untuk pengadaan buku perpustakaan di 52 Sekolah Dasar sekabupaten Tabalong sebanyak 472160 buah buku diduga kuat telah menguap hingga Negara dirugikan mencapai Rp.2 milyar lebih .

Dugaan penyelewengan uang negara hingga menimbulkan kerugian Negara yang melibatkan dua orang tersangka yang berinisial S dan N itu kini ditangani pihak kejati Tanjung dan pada waktu dekat  ini mulai melakukan penyelidikan terhadap saksi dan barang bukti

Sementara itu dugaan penyelewengan dana DAK ini karena tidak sesuai dengan jumlah yang tertera diproyek dan sebelum barang sampai ditempat proyek tersebut sudah dibayar lunas oleh pihak diknas ,parahnya lagi pada plapon proyek juga ada penggelembungan harga pagu .

Hasil investigasi dan penyelidikan pihak kejari Tabalong keseluruh Sekolah Dasar di Tabalong terungkap jumlah bantuan buku perpustakaan yang terdiri dari buku pengayaan ,buku referensi dan buku panduan pendidikan tersebut kurang dari jumlah yang ada dikontrak  sehingga dari hitungan pihak Kejari Tanjung sekitar Rp 2 milyar lebih dana DAK menguap .( catro )


Senin, 18 April 2011

cerpen bahasa banjar.....n

* MANDAI CIWADAK*

“ bangun,....bangun dah nak ,...ari sudah subuh lakasi bangun kita bamasakan “ basubuhan suarara mama matan padu , manggarak aku hari ahad itu.padahal suara azan di langgar kada jauh matan rumah babaya tadangar katalinga,sakali-kali tadangar jua kungkuak hayam jagau ampun buhan subalah manyubalah rumah.
Asa kulir bangat aku babuncilak mata ,masih tarasa ngantuk ,”ehhhg......” sambil mangguliat  kaiyanya aku bangun jua biar mata masih kirip,sambil menyimpuni bakas kaguringan malam tadi .
“kita baulah lauk napa pang ma...? “ ujar ku sambil kukuliran bajalan manuju mama nang sudah ada di padu rumah kami.
“ tu naaa...nak dibalik higa baras  kita buka ,asa lawas jua kita kada mamakan lauk cumi-cumi kalo tanyaman liur ha “ jar sidin sambil manunjuk kahiga baras “ hari ini rencana mama handak tulak kahumaan pang ari pina barasih haja” sambung mama pulang.
            Sabujurnya cumi-cumi darat kami ini sudah diulah mama babarapa bulan dulu rahat musim ciwadak  murah, waktu itu ciwadak mudil kada baharaga basapai guguran di bawah puhunnya..nah dari pada buruk kada tamakan baik diulah mandai ,ada jua baguna sagan lauk munnya rahat handak, mana rasanya jua kada kalah nyaman lawan iwak ayam jar buhan pahuluan sini.
            Mandai ciwadak ngini nyaman banar maulahnya ,buah ciwadak dikuyak buang kulit nang batikil-tikil halus balah singkirakan lumuan wan bijinya . ambil kulitnya  sayat-sayat  sakahandak ukuran sa apa ganal tagantung kita napa kaina wadahnya ,mun wadahnya ganal haja biar kita sayat dua gin kada papa.mbah nintu kulit ciwadak nang sudah bakuyak wan pisahkan tadi kita ambil bari uyah sacukupnya buat kawadah bari sadikit banyu tutupi rapat-rapat jangan ada angin masuk ,simpan tahan babarapa bulan sampai satahun ,mun handak tinggal mambasuh lalu disanga tambahi saikit vitsin lawan bawang baririf . 
“ mangataman lih ma....? jar ku batakun sambil manuju wadah mandai diandak .
“ hi..ih kam umpatlah,barang haja ulihi saiikit barang ,balajar kabaruh ,kalo dirumah pina hawai.” Jar mama sambil mahidupi api nang kada sing nyarakan matan tadi.marga kayunya pina baal kulihan bacarian siang smalam dikabun para wadah julak.
“nggih...ulun umpat ma ai....”jar ku jua sambil mambasuh mandai  ciwadak nang dipadahkan mama iwak cumi-cumi tadi di baskom .
“ sa ini lagikah ma,”sambil ku tampaikan wan mama satangah baskom mandai  nang manguning imbah dibasuh.
“ Tambahi lagi mil ai,kaina sapalih kita bawa kabaruh nyaman dimakan baramian lawan kakawalan kaina “ mama mamadahkan “nah.... pacang rami jua lah ma, dibaruh kaina ,....” jar ku manyahuti.
Tabayang kayapa raminya kaina makanan dibaruh lawan kawanan nang ada dipahumaan pas istirahat makan siang ,nasinya panas masih bakukus lauknya cumi-cumi darat , asa kada sabar hati mahadang ari siang handak manamui makan di pahumaan lawan kakawalan kaina.
            Kada tarasa jua nasi sudah mulai madar,mandai sudah masak dua sisiruk baunya harum nyaman maulah titik liur nang manciumnya.rasanya sudah handak mamakan badahulu kaini, dalam hati aku mamandir ,saking sudah lawasnya kada makan lauk mandai ciwadak.sambil mambasuh bakas basuhan mandai tadi fikiran ku tarus baputar mambayangkan raminya kaina makanan dibaruh lawan banyak urang.
            “ Dah mil ai...mun sudah babasuh ngitu mandi haja badahulu, lalu sumbahyang biar ha mama badudi manalahkan manyanga mandainya tinggal saikit lagi kawa ai disambil maulah sambal acannya.” Jar mama mangajutikan  aku matan hayalan.
“inggih ma ai....abah tadi sudah bangunkah ma...? ” jar ku manyahuti pandir sidin .
“ nah...hi...ih bangunakan kaina sidin kasiangan kada sumbahyang subuh kaina, urang sudah turunan matan langgar.” Jar  mama panjang manyahut.
Kadada mambantah lagi aku badiri membawa baskom nang baisian piring cangkir talah di basuh tadi ka rak wadah maandak niisakan basah banyunya.
            Kada sawat tabuka lawang kamar ,abah dah tabangun manakuni “ udah turunan kah mil urang sumbahyang di langgar tadi “ jar abah batakun lawan aku.sambil turun matan ranjang masih batapihan menyilak kalambu anti malaria pambagian dinas kasihatan minggu tadi.
“ inggih bahai,....hanyar haja turunan tu masihai ada suara capal nang tapair “ jar ku manjawab tatakunan abah tadi.
Malihat sidin sudah bangun sakalian haja ku manyimpunikan bakas kaguringan sidin “ nah ikam sudahkah mandi wan sumbahyang subuh kah “ jar sidin lagi manakuni aku nang rahat basisimpun kalambu .
“ balum pang bah ai limbah basimpun ngini ulun mandi langsung sumbahyang kaina “ sahut ku, sambil maandak bantal guling diwadah nang nyaman ditiring mata.
“ umamu dimana......? “ jar sidin lagi batakun
“ adai tu dipadu, mayanga mandai sagan kaina sarapan subuh ngini, lawan sagan makanan di baruh kaina “ aku manjalaskan wan sidin rencana mama siang kaina .
            Kada tarasa talah mandi wan sumbahyang subuh ,suara ayam jagau gin udah banyanyaringan manandai  timbulnya cahaya manguning di subalah timur diatas barisan gunung maratus ,sinarnya mambanang baulur di susulapit daun-daun nang mahijau sakali-kali baguyang ditiup angin subuh nang masih dingin tapi sigar.
            “ mil ayu kita sarapan dulu ,...nyaman tulak bagawian kabaruh  mun sudah sarapan tu .” suara mama mangangajut aku rahat marasai  nyamannya suasana subuh itu dibanua saurang.
“ inggih ma.....”jarku sambil badadas bajalan manuju dapur biasa kami makanan sakaluarga rajin tu.
Mandingur bau mandai sangaan tadi masih  maulah ilat bajugit haja ,disuruh sarapan lawan mama kayapa kada sikap manunti .
“ bah makanan suah siap nich ,.....yu kita makan samaan ada lauk mandainya nah.”jarku bakiyauan mambawai abah sarapan sasamaan . maklum juapang mandai ngini tamasuk lauk katujuan kami sakaluargaan jua buhan masyarakat pahuluan sini.jadi kada usah heran bila tadangar wan tacium baunya pina titik liur.
            Kada sing suaraan sasaikung sarapan subuh ini asing-asing batambah marasa nyaman makan lauk mandai ciwadak wan sambal acan nang sudah lawas kada taudal kaluar jadi kawan panujul nasi masuk kaparut sampai limbui paluh, kapapadasan sambal acannya, tapi nyaman .
            Talah makanan kami wan mama basimpun sakalian basisiap sagan tulakan kabaruh maklum ari tarus bajalan menuju siang jadi kami musti sikap mun kada talalu saikit  kulihan gawiannya kaina, taga untungnya parut sudah taisi, kanyang pulang.......@



           

asal mula nama kampung

      ASAL MULA NAMA KAMPUNG LIANG TAPAH

Liang tapah adalah nama sebuah kampung di utara kaki gunung batu kumpai Desa Garagata  kecamatan Jaro kabupaten Tabalong kalimantan selatan ,adapun liang tapah berasal dari kata liang yang berarti rongga yang menyerupai goa  sedangkan tapah adalah nama sejenis ikan yang hidup didaerah air tawar daerah tersebut yang sekarang sudah sangat langka .Dan penggabungan dua kata itu menjadi Liang tapah yang berarti goa tapah.

Awal cerita yang dituturkan sejak turun temurun oleh masyarakat sekitar daerah tersebut  mengatakan , dahulu hiduplah seorang pemuda yang rajin dan taat beribadah bernama  Salman ,padahal  daerah tersebut saat itu masih berupa belantara yang banyak terdapat kayu jenis ulin dan tubuhan besar dan liar .sedangkan asal muasal Salman sendiri tidak diketahui berasal dari daerah atau benua mana .

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Salman bercocok tanam padi dan berberapa jenis sayuran sedang untuk tempat berlindung dari segala cuaca dan perlindungan dari segala ancaman binatang buas yang masih banyak terdapat didaerah tersebut .Salman membuat gubuk dari rautan batang-batang ulin sebagai tiang penyangga dan bahan kayu lemah lain sebagai pelengkap bangunan gubuknya .

Waktu terus berputar hari berganti hari minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan tak terasa tahunpun turut berganti ,satu demi satu penduduk  bertamabah walau masih jauh jaraknya dari daerah tersebut  namun satu-satu orang mulai mengenal  Salman yang baik hati rajin dan taat beribadah .

Sore menjelang magrib Salman duduk tenang menerawang diemperan gubuk yang dibuatnya ,pandangannya kosong bagai tak memikirkan sesuatu apapun Namun jauh didasar lubuk hatinya .angannya terus menembus belantara ulin dan pepohonan yang tumbuh liar disekeliling gubuknya “ kapan aku mampu membuka lahan ini untuk membuat sebuah persawahan , yang mampu menghasilkan bahan pangan yang cukup untuk kehidupanku hari-hari kedepan ,sedang aku tak memiliki segala peralatan yang memadai untuk itu “kata-kata itu terus bergolak dalam sanubarinya .

Selesai melaksanakan shollat magrib sudah biasa bagi Salman untuk memanjatkan doa dan membaca ayat-ayat suci Alqur`an sebagai tanda puji syukur kepada sang pencifta ,tak jarang suaranya membaca Alqur`an ini terdengar hingga dikampung tetangga padahal menurut Salman sendiri dia biasa saja mengeluarkan suaranya dalam  membaca Alqur`an .
Suara membaca Alqur`annya inilah yang membuat warga kampung tetangga sekitar tertarik untuk menjadikanya guru mengaji Alqur`an untuk anak-anak kampung tersebut.dan hal ini disambut baik oleh salman dia bersedia mengajari anak-anak sekitar daerah kampung tersebut untuk membaca Alqur`an dan shollat serta bimbingan amal saleh.

Kehidupan yang seperti ini terus dilakoni oleh Salman hingga tak terasa usianyapun terus bertambah namun belum juga terbersit dalam hatinya untuk berumah tangga atau mencari pendamping dalam menjalani hidup.

Disamping bercocok tanam Salman juga gemar mencari ikan dengan “ menggagap “ ( menangkap ikan dengan tangan tanpa bantuan alat  ) serta memasang “ lukah “ ( sejenis perangkap yang di buat dari rautan –rautan bambu kecil berbentuk lingkaran panjang hampir 2 meter )

Suatu ketika pagi-pagi sekali Salman selesai menunaikan shollat subuh bergegas kebelakang gubuknya untuk mengambil “ Lanjung “ ( sejenis ransel yang besar dan tinggi hampir separo tinggi manusia terbuat dari rotan yang dianyam ) yang memang sengaja diletakan di situ untuk wadah jika sewaktu – waktu mencari ikan atau bahan kebutuhan hidup lainnya di hutan daerah tersebut..

Dengan “ Lanjung “ digendongan dan sebilah parang dipinggang pemberian warga salman berangkat  untuk menjenguk “ lukah “ yang dipasangnya kemarin sore dengan harapan mendapatkan ikan yang banyak untuk sebagian dijual kepasar dan sebagian untuk lauk dirinya sendiri dan anak-anak ,yang biasanya suka makan bersama selesai mengaji digubuknya.

Tak berselang begitu lama Salman berjalan menyusuri sungai yang berair begitu jernih salman dikejutkan suara gemerosak dan daun-daun pakis yang bergoyang hebat oleh satu binatang air yang belum tampak mata olehnya karena memang jarang dari Salman berjalan masih cukup jauh .Dan untuk sementara peristiwa itu tak digubris oleh Salman yang ia pikirkan hanya bagaimana secepatnya sampai di mana tempatnya memasang perangkap kemarin sore.

Alangkah terkejutnya Salman saat sampai di tempat ia memasang perangkap kemarin sore .” Ya Allah ......binatang apa yang sanggup membobolkan lukakahku ini ...! “ teriaknya saat itu.
Sambil perlahan memeriksa perangkapnya yang cukup besar itu salman terus berfikir  ikan apa yang sebesar ini yang mampu keluar dan membobol perangkapnya ....?

Dengan hati penuh pertanyaan akhirnya salman memungut perangkap “ Lukah”nya untuk dibawa pulang dan diperbaiki,namun saat melewati daerah yang dilihatnya ada gemerosak tadi Salman terhenti dan berpikir “apa binatang yang lewat disini tadi yang merusak  lukahku ....? lirih batinnya berkata.

Ingin hati Salman menyusuri sungai yang menyerupai danau itu dan mengetahui binatang apa gerangan yang bergemerosak dan membuat daun-daun pinggir danau tersebut bergoyang kuat pagi tadi ,namun niat itu untuk sementara diurungkannya karena waktu sudah beranjak siang sedangkan ia harus menyirami tanaman jagungnya yang mulai berbunga dan buah yg masih kecil.

Sampai digubukpun hati salman tetap tak tenang dan terus merasa penasaran dengan apa yang dialaminya saat itu,hingga dalam melakukan kegiatannya Salman terlihat gelisah dan kurang nyaman .

Tak terasa matahari terus bergulir meninggakan ketinggiannya kesebelah barat  Salman bertekat untuk menyusuri danau yang rimbun oleh tumbuhan pakis dan berbagai tumbuhan liar lainnya untuk mencari tau jejak apa gerangan yang membobol lukahnya dan membuat daun-daun bergoyang pagi tadi .” mudahan aku dapat menemukan jawaban atas kepenasaranku tadi “ ujarnya dalam hati.

Sekian lama Salman berputar-putar disekitar danau tempat suara gemerosak dan goyangan daun-daun pakis tadi . namun, ia belum menemukan jejak atas apa yang dialami tadi pagi dan tak menemukan jawaban atas rasa penasarannya itu ,hingga mataharipun mulai bersiap-siap menjemput petang dan megapun mulai memerah diatas gunung batu kumpai.akhirnya diputuskannya untuk menunda pencarian dan akan dilanjutkan esok hari.

Ditengah malam musim kemarau itu Salman bermimpi bertemu dengan seseorang yang tak dikenalnya yang berpakaian ala pengawal kerajaan lengkap mendatangi gubuknya dan berkata seolah memberikan petunjuk kepada Salman “ susurilah danau dan sungai yang berbatu hingga sampai  di kaki bukit ,niscaya akan kau temui jawaban atas apa yang menjadi ganjalan dan pertanyaan dalam hatimu “ sampai disitu Salman terkejut dan terbangun dari tidurnya ...” Astgfirullah hal azim......apa maksudnya susurilah sungai sampai kekaki bukit .....? “ ucap Salman seolah mempercayai bahwa mimpinya itu merupakan sebuah petunjuk.

Kembali pagi-pagi buta Salman tanpa pikir panjang lagi, pagi itu dilangkahkan kakinya sesuai dengan apa yang terjadi dalam mimpinya tadi malam disusurinya sungai hingga kekaki bukit yang dimaksud orang dalam mimpi itu. Benar saja .....tak berselang lama matanya dikagetka oleh ombak air yang begitu besar dan ada alur ombak yang menghilang di kaki bukit berbatu kapur . didekatinya alur air itu hingga terkaget-kagetlah mata Salman dengan apa yang dilihatnya .

Sekelebat seekor ikan besar yang menyelinap masuk kedalam sebuah liang sempat terlihat oleh ekor mata Salman seolah tak mempercayai deangan penglihatannya sambil mengusap mukanya dengan air danau mulutnya bergumam itukah makluh yang dimaksudkan oleh orang dalam mimpiku tadi malam.
Didekatinya liang yang menjadi persembunyian dan rumah ikan itu oleh Salman dengan hati-hati sambil berfikir bagaimana cara menangkap ikan itu dan bila dapat nantinya bakal ia bagikan kepada para muridnya mengaji serta warga kampung tetangga janjinya dalam hati .

Setelah hampir sepeminum kopi ,setelah lelah berfikir dan  selesai meneliti seputaran daerah liang tersebut salman perlahan meninggalkan tempat itu sambil tak henti berfikir bagaimana caranya ia bisa menangkap dan mendapatkan kan ikan tersebut mumpung saat ini masih dalam musim kemarau .

Digubuknya yang sudah mulai terlihat tua itu duduklah Salman menyandarkan tubuh penatnya ia sudah tak mau melakukan kegiatannya seolah tak bersemangat ,yang ada hanya satu dalam fikirannya bahwa ia harus dapat menangkap ikan yang dilihatnya memasuki sebuah liang tadi pagi.” Aku harus bangun lebih pagi lagi.......” Salman berucap dalam hati “ akan ku intai ikan itu keluar dan akan kujaga dimuara sebelum ia kembali masuk ,dan hanya itu kesempatan aku menangkapnya dengan parang ,...” tiba-tiba timbul dalam fikirannya rencana itu.

Hingga larut malam angan si Salman ini terus teringat akan peristiwa siang itu,antara nyata dan tidak  ia didatangi oleh sepasang manusia berpakaian aneh dengan raut wajah sedih , sang perempuan seolah menatap penuh permohonan terhadap Salman “ aku mohon jangan kau teruskan niatmu itu ,...” sebelum orang tersebut lenyap dan hilang tak berbekas.Salman kebingungan dengan apa yang dialaminya pada tengah malam itu ,hingga tak dapat memejamkan mata sekejap pun sampai subuh menghampiri.

Diambilnya lanjung yang biasa di letakan di belakang gubuknya ,dengan sebilah parang yang telah di asahnya dengan tajam , Salman berangkat dengan tekad mendapatkan ikan besar yang dilihatnya beberapa waktu lalu ,walau suasana masih berselimut kabut dengan langkah tajam lelaki paruh baya itu berangkat menyusuri sungai dengan telanjang kaki menuju muara liang dimana dilihatnya ikan besar yang masuk kedalamnya bebrapa waktu yang lalu .

Tak berselang lama Salman sampai juga dimuara liang tersebut,dengan sigap diturunkannya lanjung dan dihunusnya parang yang terselip dipinggang sejak tadi sambil mengendap-endap perlahan mendekati muara liang penuh waspada sambil matanya meneliti jejak disekitarnya .ia yakin sekali bahwa ikan itu saat ini masih ada di luar liang karena matanya menangkap beberapa dedaunan pakis ada yang rebah condong berlawanan dengan muara liang itu perlahan Salman kembali keposisi dimuara liang dan bersiap-siap menyongsong kembalinya sang ikan ke liangnya.

Dari tempatnya mengendap Salman melihat ada gerakan-gerakan lebut pohon pakis disekitar puluhan meter didepannya .getar jantungnya semakin bergetar hebat ketika gerakan itu semakin mendekati dimana dia berada dan menambah keyakinannya bahwa ikan itu bakal kembali keliangnya..

“grubas .grubas....crock...crock...” berkali-kali suara itu terdengar di muara liang ,air memerah mengalir di tempat tersebut .terlihat seekor ikan menggelepar meregang nyawa tepat di muara liang diiringi senyum mengembang dari seorang lelaki paruh baya penuh kepuasan dan kemenangan karena mampu menangkap ikan yang sangat besar yang dianggapnya satu pekerjaan mulia.
Diseretnya ikan besar yang mati itu dipotong-potongnya dan dimasukan kedalam lanjung yg telah disiapkan oleh Salman .

Sesampainya di gubuk Salman memperkecil potongan –potongan ikan yang ia dapatkan dihitung sesuai jumlah rumah warga dan jumlah orang di kampung tetangga tersebut “ darimana kau dapatkan ikan sebesar ini hai guru “,  tanya seorang warga menanyakan dan menyebutkan nama panggilan untuk Salman sebagai guru mengaji di kampung tersebut .diceritakan oleh Salman proses mendapatkan ikan itu .” tepat di muara liang ikan itu berhasil ku dapatkan “ ucap Salman pendek menyahut pertanyaan warga itu.

“ Wah ini namanya ikan tapah “ salah satu warga berseru menyebut nama jenis ikan yang sedang dibagikan oleh salman ke penduduk warga kampung tetangga tersebut .
“Alhamdulillah ini berkat dari Allah , Aku mendapatkannya dengan mudah , sebaiknya kampung kita ini sekalian saja kita namakan dengan nama LIANG TAPAH “ ucap Salman yang sambut dengan anggukan tanda setuju oleh beberapa warga serta ada yang berucap “ Barrakkallaaah “ dan akhirnya nama kampung tersebut hingga kini masih dikenal dengan kampung liang tapah.

Didekat lokasi liang itu sekitar 25 m masih ada luk yang biasa ditempati oleh ikan tapah berdiam diri dan dinamakan luk hijau,bahkan menurut keterangan beberapa warga sampai saat ini  kadang-kadang masih terlihat mahluk ikan itu sesekali menampakan diri di muara liang tersebut  namun hanya orang-orang tertentu yang mampu melihatnya ,dan diyakini bahwa yang tampak tersebut adalah ikan tapah pasangan dari ikan yang berhasil di tangkap oleh sahman ....@ 


cerpen bahasa banjar.....n

TANGIS DI  TANGAH HARI
Jauh antaranya dihujung panglihatan mata talihat dua pasang burung kutilang rahat baduaan bakapungan lawan pasangannya sakali-kali hinggap dicabang puhun kasturi karing , tarabang pindah hinggap kaujung daun-daun nang tajantur uleh baratnya awak kadua burung ngitu.

Lawas jua mata lalaki nang duduk dipunduk bahatap halalang karing kada sing kidipan malihat sapasang burung nang rahat bagayaan mamadu kasih .sambil  bapikir  wan malayangakan hayal jauh ka kisah awak saurang nang kada kawa dihilangkan matan dalam kapala lalaki ngitu.

Kalihatan muha lalaki ngitu mudil marung sadih mangingat kisah dahulu rahat masih baikatan janji lawan gadis nang disayang wan dipujanya .” jaka kam masih disini  mungkin aku kada sasadih ini , mungkin kita masih bisa maniru kalakuan burung kutilang ngitu biar kita kada bisa tarabang kaya buhannya” dalam hati lalaki itu bapandir asa sadih banar maingat  pujaan hatinya  nang sudah lawas maninggalkan iya saurangan bakawan bayangan wan sepinya hari-harinya.

Dalam lamunannya Burhan taingat kisah dahulu waktu masih bahubungan lawan Erni sakitar satahun nang lalu. Erni gadis nang mambawa sabalah hatinya tulak pindah kakuta maumpati urang tuhanya nang pagawai nagri dibagian pamarintahan kuta, jauh pada kampung kadiaman asal.masih taingat pandiran Erni waktu panghabisan batamuan waktu handak tulak.
 “ kak,...mungkin hari ini pahabisan kita baduaan,isuk ulun sakaluarga handak pindah kadiaman jauh kakuta,abah dipindah bagawinya, kada lagi di kacamatan ngini.ulun maminta kakak basabarlah,........sabujurnya ulun barat banar maninggalakan kakak di kampung ngini ,talalu banyak kisah manis kita nang sudah kita ulah disini ,jaka kawa ulun handakai batinggal di kampung ini , tapi kayapa disini jua kami kadada dangsanak atawa kaluarga lain.” Ucapan Erni diragapan dada Burhan , ngitu nang masih barikit di dalam pikiran Burhan waktu ngitu.itih mata kaduanya baadu hibak dandaman.
Burhan tadiam kadada sepanggal pandir nang kawa dikaluarkannya waktu itu ,hatinya kaya di hiris-hiris mandangar pamandiran Erni ngitu.di ikupnya binian nang jadi kaandakan hatinya itu pisit-pisit  mudil kada handak malapas lagi , mudil kada rela lawan parpisahan sakali ini .
“ kakak ngarti , ading tulak maumpati kuwitan itu kada kahandak saurang , kakak bausaha marelaakan katulakan ading kasana isuk , biar sabujurnya rasa barat banar hati kakak maucapkan ini,mudahan ading kada talalu lawas kawa mambuang ingatan lawan kakak disini “ ucapan Burhan nang ini kaluar  kada nang sabujurnya kaluar matan hatinya . kada tarasa jua lilih banyu mata kaduanya tangah ari ngitu.
Lawas jua kaduanya tadiam tabawa parasaan sasaikung nang kada kakaruan.
“ Burhan,....! “ ada suara mangajutakan lamunan lalaki umur sakitar 20 tahunan itu,
Dikulihnya matan mana datangnya suara ngitu sambil menggusuk mata nang pina handak tatangis mangingat kisah hidupnya.

Burhan badiri menuntii suara kiyauan mamanya matan jauh maninggalakan bakas kadudukannya ,bakas wadahnya pahabisan batamuan ,bapandir lawan pujaan hati ,bakas wadah baduaan batangisan tangah hari satahun lalu .....@ By.lokicatro.